aku

aku
aku

Senin, 24 Mei 2010

PKI versus Sabun Cuci

Assalamualaikum Wr.Wb.
Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua.
Soekarno berkata,” berikan aku 10 pemuda, maka aku akan MENGGUNCANG DUNIA!! Itulah yang mendasari pemikiran saya, bahwa masa depan bangsa Indonesia, ditentukan oleh para pemuda-pemudanya..
Sebelum saya melangkah lebih jauh, marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena para generasi muda, masih diberi kesempatan untuk mendalami Sejarah Bangsa Indonesia, masih diberi waktu untuk mengenal diri mereka sendiri.
Lalu saya juga ingin memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para panitia dan dewan juri, karena beliau-beliau ini masih mempunyai rasa nasionalisme, mereka mau untuk mengadakan acara lomba pidato ini, dengan bertemakan PKI, sehingga para generasi muda dapat tersentak nuraninya, untuk menyelamatkan bangsa kita ini dari keterpurukan.. sungguh mengagumkan..

***

Saya lanjutkan apa yang saya tadi katakan, bayangkan saudara-saudara, hanya dengan 10 pemuda, negara ini bisa berubah, hanya dengan sepuluh pemuda kita dapat mengguncang kita punya dunia.. jika 10 pemuda tadi bagus, maka negara juga bagus, tetapi jika 10 pemuda tadi berantakan, moralnya hancur tak berbentuk, maka negara kita tetap akan menggoncang, tetapi menggoncang negara sendiri. Lalu bayangkan saudara-saudara, jikalau 10 pemuda tadi itu komunis, maka negara kita tidak akan mengenal Tuhan dan pasti lenyaplah negara kita tercinta, Indonesia, oleh tangan-tangan anak bumi pertiwinya sendiri..
Lalu apa itu komunisme?? menurut saya komunisme itu adalah teori dan sistem organisasi sosial politik yang menjadi kekuatan utama politik dunia pada abad ke 20. Sebagai pergerakan politik, komunisme berupaya menaklukkan kapitalisme melalui revolusi buruh an membangun sebuah sistem dimana hak milik dimiliki oleh masyarakat secara keseluruhan, bukan hanya oleh individu. Menurut teori, komunisme dapat menciptakan masyarakat tanpa kelas yang kaya dan bebas, dimana semua orang menikmati status sosial dan ekonomi. Namun dalam praktiknya, rejim komunis mengambil bentuk pemerintah otoriter dan memaksa (coercive), yang tidak begitu peduli pada persoalan kelas buruh dan pada akhirnya berupaya untuk mempertahankan kekuasaan.
Komunisme sendiri adalah saudara dari 4 ideologi raksasa. Marxisme, Leninisme, Maoisme, dan Chauvinisme. Semua itu tergolong pada satu ajaran yang mendasar, yaitu sosialisme. PKI sebagai partai yang mengusung ajaran komunis di Indonesia, memeras-meras Pancasila agar masyarakat mempunyai pandangan bahwa Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa, sehingga jika bangsa sudah bersatu, maka Pancasila telah dikatakan usang atau useless lalu PKI juga menuntun rakyat agar berfikiran bahwa Pancasila dapat merangkul 3 ajaran yang mendasar,yaitu Agamis,Nasionalis,dan Komunis.Padahal realisasinya Pancasila jelas-jelas berseberangan paham dengan komunisme.Jadi bisa dikatakan ,Tuhan tidak menciptakan komunisme untuk bumi Indonesia !!!
Partai Komunis Indonesia. Suatu partai yang namanya melegenda dalam sejarah kehidupan Bangsa Indonesia. Suatu partai yang merubah dan memberi warna tersendiri secara radikal lika-liku pergerakan Bangsa Indonesia. Dan suatu partai yang selalu mendengung-dengung kan suara”Revolusi” di langit bumi pertiwi ini. Partai yang besar!! Partai yang kuat. Kita akui itu…
Partai yang awalnya terbentuk dari suatu partai yang bernafaskan Islam, yaitu Serikat Islam. Pada 6 Mei 1917, Presiden Sarekat Islam Semarang lama, Mohammad Joesoef, menyerahkan kedudukannya kepada Presiden baru, Semaoen, yang pada waktu itu masih berumur 19 th.
Peristiwa pergantian pengurus ini mencerminkan adanya perubahan dalam masyarakat SI di Semarang. Pada mulanya, SI Semarang dipimpin oleh mereka yang berasal dari kalangan kaum menengah dan pegawai negeri, yang kemudian keluar dari Sarekat Islam.
Kini di bawah pimpinan Semaoen, para pendukung SI berasal dari kaum buruh dan rakyat kecil. Pergantian pengurus tersebut merupakan wujud pertama perubahan gerakan Sarekat Islam Semarang, dari gerakan kaum menengah menjadi gerakan kaum buruh dan tani. Perubahan yang terjadi saat itu sangatlah penting artinya bagi sejarah modern Indonesia karena dari sini,kemudian lahir gerakan kaum Marxis di Indonesia..


***

Jika kita memahami dari sejarah Indonesia bahwa partai komunis dijejali oleh para buruh tani dan pekerja miskin.Pada sekitar tahun 60-an ada beberapa golongan yang secara garis besar berpotensi menjadi anggota PKI yaitu golongan miskin (roofless proletariat) , golongan cendekiawan yang frustasi dan resah (frustrated intellectuals) dan yang ketiga golongan petani yang tidak memiliki tanah.
Jadi itu semua menggambarkan kemiskinan dan komunisme seperti dua sisi uang koin.Tetapi menurut Harry J.Benda,”The revolte were not certainly not bred in misery among poverty-sticken or exploited peasent and labors living the yoke of western imperialist.”Itu berarti bahwa komunis tidak selalu tercipta karena adanya penindasan dari kaum imperialis maupun kemiskinan yang tak kunjung usai.Ada asumsi bahwa kemakmuran juga bisa membuat suatu negara untuk menganut komunisme karena komunisme sendiri memiliki paradigma dasar untuk menomorsatukan kemakmuran Negara dalam arti uang. Saudara-saudara juga seharusnya memahami bahwa jika seseorang itu makmur, maka orang itu lebih berpotensi utuk tidak menganggap adanya Tuhan..

***

Tahun 2008,dewasa ini kita melihat kesejahteraan rakyat mulai menampakkan diri,kehidupan kebarat-baratan akrab dengan generasi muda kita,dan kapitalis menjadi agama kedua bagi jiwa bangsa kita. 63 tahun kita merdeka,3,5 tahun kita dijajah Jepang,dan 3,5 abad kita dijajah Belanda,tetap tidak bisa mendidik jiwa bangsa kita untuk menjadi bangsa yang berdikari,mandiri akan permasalahan-permasalahannya sendiri, tidak dapat mengenyangkan perut masing-masing tanpa mengulurkan tangan kepada bangsa lain.Hal itu menyebabkan terjadinya degradasi kepercayaan kepada ideology yang dianut bangsa kita,rakyat mulai pasrah melihat pemimpin menjilat ludah sendiri,air mata rakyat mulai kering karena tangisan mereka tidak dapat menembus hati para pemimpin rakyat yang telah diselimuti oleh keserakahan itu.
Lalu ada alteranatif baru untuk berubah ideology bangsa kita,ada yang menyebut syariah Islam cocok,ada yang menyebut Liberalisme itu cocok,lalu sampai-sampai komunisme terangkat lagi ke permukaan. Sampai segitukah rakyat kita telah frustasi?? Jika iya, maka sungguh hinalah bangsa kita ini.. Tak punya kharakter!! Tak punya mental juara!! Kita ini singa, kita ini Garuda yang terbang tinggi di angkasa.. tapi hanya mengembik pada carut marut kehidupan yang mereka jalani... Maka dari itu, Soekarno pernah berkata, HANCUR-HANCUR LEBUR, BANGUN KEMBALI 2X!!! itulah mental rakyat Indonesia yang seharusnya kita tanamkan pada diri kita dan anak cucu kita..
Peristiwa pemberontakan G-30-S/PKI tahun 1965 telah lama berlalu. Generasi muda bangsa yang tidak mengalami peristiwa itu tentu tidak mengenali dan memahami betapa maha dahsyatnya bahaya komunisme bagi kehidupan kenegaraan dan kelangsungan serta kelestarian ideologi negera, PANCASILA...
Di sini saya ingin mengibaratkan Pancasila seperti sabun cuci, saudara-saudara tahu, waktu jaman kita dulu, waktu kita masih SD, kita selalu disuruh oleh guru untuk menghafalkan Pancasila beserta butir-butir Pancasila. Uuuh..itu pasti sangat menjengkelkan bagi saudara, tetapi sebenarnya jika cara kita mendalaminya lebih enjoy, lebih pada pemahaman holistik dari Pancasila, maka itu menjadi suatu kebutuhan bagi rakyat Indonesia untuk mengenal falsafah hidupnya, pedoman hidup untuk saudar-saudara.. Sama seperti sabun cuci, jika kita tak tahu buat apa itu sabun cuci, mungkin kita mengira itu makanan, lalu kita makan. Nah, pasti kita langsung opname.. Tetapi jika kita tahu kalu sabun cuci itu gunanya untuk membersihkan kotoran, dengan cara memakai air, dan menggosok-gosokkannya, maka hasilnya akan sangat menakjubkan. bersih maksudnya...
Lalu di samping telah redanya perang dingin antara dua kubu besar di dunia, pada tahun 1992, dan runtuhnya negara-negara komunisme, meningkatnya kemajuan ilmu dan teknologi, meningkatnya hasil-hasil pembangunan yang telah dirasakan oleh rakyat Indonesia, serta perevolusian zaman menjadi Era Globalisasi, itu semua mengakibatkan komunisme semakin samar dari ingatan generasi muda bangsa, komunisme menjadi bukan bahaya lagi, bukan menjadi ancaman yana besar bagi bangsa, karena mereka berpendapat bahwa itu semua telah usang, tertelan oleh dinamika kemajuan zaman, tidak perlah dirisaukan. Apabila kita tidak bersikap waspada, sewaktu-waktu ia dapat manifes dalam bentuk yang lain!!!


***

Maka dari itu, langkah-langkah yang harus kita ambil adalah, yang pertama, kenali dan pahamilah Pancasila, dengan itu kita dapat memiliki falsafah hidup,pedoman hidup. serhingga nantinya kita dapat berada pada jalur yang benar, cita-cita kita punya bangsa semakin jelas. Jangan sampai kita saudara-saudara temukan orang tua yang tidak hafal Pancasila..sungguh menjijikkan.. Yang kedua. amalkanlah kita punya pedoman hidup. Jangan sekali-kali melanggar ajaran Pancasila.. Suatu negara, bisa dengan gagah bercita-cita, jika negara itu punya pendidikan yang mantap. Para guru harus bisa menanamkan secara mendalam di hati murid-muridnya, bahwa Negara kita membutuhkan generasi-generasi unggul dari rahim-rahim ibu pertiwi kita.. Sehingga mereka dapat menjalankan ke 5 sila dengan ikhlas dan penuh kesadaran. Lalu yang terpenting adalah pemerintah haruslah bersikap yang mutlak mencerminkan sila-sila Pancasila. Percuma saja jika rakyatnya telah luar biasa, tetapi pemerintahnya hancur, bobrok, tak memiliki perilaku-prilaku Pancasila sama sekali.. Sekali lagi saudara-saudara biarkan Pancasila mengalir dalam darah daging kita..biarkan Pancasila perlahan-lahan menyelimuti setiap nafas kita.. Dengan itu, Banteng-banteng pejuang kemakmuran bangsa Indonesia akan siap untuk mendobrak keraguan, bahwa negara kita bisa maju, adil, beradab dan sejahtera!!!



Dirgahayulah negeriku
Maju dan jayalah bangsaku

Akhirnya
tak ada gading yang tak retak
tak ada batu yang tak pecah
maafkan kami bila tak enak
tetap bersatu jangan terpecah

Beli rakit ke negeri Belanda
diikat erat memakai tali
Ayo bangkit wahai pemuda
tetap semangat membangun negeri

Burung Irian, burung cendrawasih
Cukup sekian dan terima kasih

Wassalamualaikum. Wr. Wb.

“Kami, PEMUDA”

“Kami, PEMUDA”

KEPOLOSAN

Di suatu pagi, sekitar 10 tahun lalu, saya dan Ayah sedang jalan pagi. Di tengah perjalanan, saya bertanya padanya, “Yah, aku nanti kalau sudah besar ingin menjadi presiden, bagaimana menurut Ayah, apakah aku mampu dan baik untuk kehidupanku?” Pertanyaan lumrah bagi bocah tengil (nakal) dan polos yang semalaman suntuk habis membaca biografi Bung Karno karangan Cindy Adams itu. Sang Ayah gedhek-gedhek (geleng-geleng) saja mendengar niat tulus sekaligus tanda lemahnya pengetahuanku waktu itu. Ayah saya balik bertanya,” Memangnya kenapa kamu mau jadi presiden, kamu kan pernah Ayah terangin kalau jadi Presiden itu berat, menjadi pemimpin 200 juta lebih rakyat, harus bekerja siang malam melayani masyarakat, harus menjalani proses kampanye yang pasti menghabiskan uang banyak waktu sebelum jadi presiden, dan yang terpenting adalah pasti dimimtai pertanggung jawaban di akhirat atas semua hal baik buruknya kinerja kamu saat menjadi pemimpin atau presiden. Apa kamu berani?”
Pertanyaan Ayah yang menggempur idealisme saya, langsung membuat saya terdiam dan bingung. Saya tertunduk lesu, menerawang kemungkinan-kemungkinan jika saya nekat menjadi presiden. Ayah langsung menyadari kebimbangan saya, beliau pun menghibur saya,” Kenapa bimbang, jika semua orang berpikiran sepertimu, terus siapa yang mau menjadi presiden?” Benar juga perkataan ayahku, harus ada seseorang yang mempunyai niat tulus untuk menjadi presiden, harus ada yang mau memimpin 200 orang rakyat Indonesia, harus ada yang mau bekerja siang malam melayani rakyat, harus ada yang mau mengucurkan uangnya untuk memperjuangkan visi dan idealismenya, dan yang terpenting harus ada yang mau diadili oleh Allah SWT nanti di akhirat atas pertanggung jawaban negerinya. Semua itu berat, tapi penderitaan rakyat yang memimpikan keadilan dan kemakmuran negerinya, jauh lebih berat dan perih dari itu semua. Ya, aku tetap ingin jadi presiden!!

PRESIDEN MASA DEPAN

Sekarang saya telah beranjak dewasa. Semakin mengerti asam garam kehidupan, walau hanya secuil dari kisah kehidupan itu sendiri. Saya teringat dengan percakapan Ayah dengan saya waktu saya kecil. Saya berasumsi bahwa kebanyakan para remaja seumuran saya juga berpikiran seperti itu. Masih buta akan dinamika pembangunan bangsa ini, apalagi politik. Saya mencoba mengamati dari seluruh remaja yang saya kenal, hampir semuanya tak ada yang tertarik pada politik.
Mereka beranggapan bahwa analogi dari politik adalah tai kucing, yang seluruhnya berlumuran dengan kekotoran dan dosa. Saya mafhum dengan kenyataan ini, karena mereka sejatinya tak ada pendidikan politik sama-sekali yang dapat meningkatkan rasa curious (ingin tahu)pada jiwa mereka. Pendidikan di negeri ini hanya melayangkan pandangan mereka dengan membuka tabir politik yang rumit, yang memaksa mereka untuk mengerti bahwa politik selalu saling menjegal, seperti hukum rimba, siapa kuat dia menang, atau seperti hukum kuis-kuis di televisi, siapa cepat dia dapat. Seluruh faktor tersebut menjadi penyokong buruknya popularitas dunia politik di hamparan pandangan para remaja.
Lalu akhirnya sama seperti Ayah saya, saya bertanya, ” siapa yang akan mau menggantikan para presiden atau wakil-wakil rakyat di masa yang akan datang?” Kita tahu bahwa kinerja di semua zaman pemerintahan selalu saja jauh kurang dari harapan rakyat. Selalu saja ada yang korupsi, selalu saja ada yang mengkhianati rakyat, selalu saja salah dalam membuat dan menempatkan kebijakan, dengan kenyataan masih banyaknya kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat. Jika kita mau memahami bahwa akar penyebab dari semua hal itu adalah telah terdegradasinya mutu pendidikan di ibu pertiwi ini dari waktu ke waktu. Mutu pendidikan yang saya maksudkan ini juga termasuk kualitas-kualitas dari jiwa nasionalisme yang para pelajar miliki. Mungkin 30 an tahun yang lalu, saat para pejabat yang terjerat kasus korupsi masih remaja, mereka tak punya visi atau pandangan ke depan bahwa mereka akan menjadi seorang wakil rakyat. Mereka bercita-cita untuk menjadi seorang pengusaha yang bergelimang uang. Yang mereka melihat politik adalah tai kucing.

KEBUN MAWAR

Mereka umumnya memandang kekuasaan masih sebagai kebun mawar, bukan sebagai sawah yang harus mereka olah dan tanami. Karena itu semua gerak politik yang mereka lakukan hanya sebatas perebutan kekuasaan. Sebatas upaya untuk bisa menikmati merekahnya mawar sambil makan pisang goreng dan minum secangkir kopi di pagi hari.
Fenomena ini sangat menggelikan saat kita mengetahui bahwa cara pandang mereka terhadap politik masih sama sampai mereka tua dan menjadi pejabat. Lalu siapa yang bertanggung jawab akan kebobrokan mekanisme pendidikan di negeri ini? Jawabannya tentulah seluruh rakyat. Memang sifat dasar dari rakyat Indonesia adalah mellow characteristic people, yang berarti rakyat Indonesia mudah terpengaruh oleh keadaan suasana. Mudah menyerah pada kenyataan. Seperti pasir yang berguling-guling mengikuti arus deras sungai. Tak ada gertakan pembeda yang menyebabkan arus tersebut berubah haluan. Mengutip pernyataan dari Mario Teguh, “This is not about them, but surely about us.” Ini adalah bukan tentang mereka, tapi tentang kita. Keadaan di tanah air ini bukanlah keseluruhan atas kesalahan mereka, yang telah korupsi dan membunuh impian-impian rakyat. Tapi kesalahan kita semua, rakyat-rakyat yang apatis, stagnan, nerimo ing pandum (nerima keadaan apapun), dan hanya bisa saling menyalahkan.

FALSAFAH SENTER

Saya masih ingat apa yang dikatakan oleh Bapak Hidayat Nur Wahid. Ketua MPR kita. Beliau mengatakan politik itu adalah salah satu cara manusia dalam membuat dirinya berguna bagi manusia-manusia lain di sekitarnya. Sebagai pemahaman, saya akan menganalogikan politik seperti senter menyala yang ditelungkupkan. Senter yang ditelungkupkan itu jika kita tak mengangkatnya, maka sinar yang keluar, sama sekali tak terlihat atau berefek pada keadaan sekitarnya. Setelah kita angkat sedikit, barulah sinar itu terlihat, walaupun jangkauan cakupannya masih relatif kecil atau sempit. Tetapi jika kita angkat sampai tinggi, maka sinar dengan terangnya itu, dapat menyinari lantai di bawahnya dengan luas, dan semua menikmati terangnya senter itu. Hal itu juga sama terjadi pada kehidupan manusia. Jika status sosial kita yang tentunya didukung dengan kelayakan kemampuan dan ketulusan tidak terlalu tinggi, maka rakyat atau manusia di sekelilingnya tidak dapat merasakan keberadaan dirimu. Sebaliknya jika stasus sosialmu tanggi, maka semua apa yang kamu kerjakan dan perjuangkan, akan dapat dirasakan oleh semua rakyatmu atau manusia disekelilingmu. Jadi politik diciptakan oleh Allah SWT. Bukanlah untuk sekedar mencari kekuasaan atau harta yang melimpah. Tetapi adalah suatu tindakan adi luhur yang menjadi jalan rakyat untuk mendapat kebenaran,keadilan,dan kesejahteraan. Suatu upaya agung untuk mewujudkan mimpi-mimpi tukang becak,pedagang sayur, sopir bemo, guru, pelajar,orang tua,insinyur,ilmuwan,pengusaha, dan Presiden itu sendiri.
Bicara tentang apa yang seharusnya dicita-citakan oleh para pemuda saat ini. Saya jadi teringat pada percakapan informal antara seorang pengamat politik bernama Sukardi Rinakit dengan Muhammad Yunus, peraih nobel perdamaian tahun 2006. Cak Kardi bertanya,” Apa cita-cita Anda sebenarnya? Apakah dari kecil ingin mendirikan pusat pemberdayaan rakyat, seperti Gramen Bank?” Muhammad Yunus menjawab sambil tersenyum kecil, “Saya hanya ingin menanam kebaikan.” Ternyata kebaikan yang ditanamnya selama ini tumbuh subur dengan akar yang tertancap kokoh di hati rakyat Bangladesh. Ia juga telah menginspirasi dunia.
Padahal, siapa pun anak Indonesia tentu pernah mendapatkan nasihat dari orang tuanya, yang mirip dengan ucapan Muhammad Yunus tersebut. Pada orang Jawa, nasihat itu biasanya datang dari ibu, yang dengan tulus berkata agar kita selalu nandur kebecikan (menanam kebaikan). Cita-cita terpenting dalam hidup adalah menanam kebaikan.
Karena itu, di mata seorang ibu, menjadi presiden,menteri, gubernur,direktur utama,dan lain-lain adalah tidak penting. Gelar profesor,doktor,master adalah tidak penting. Pangkat kapten maupun jendral juga tidak penting. Yang terpenting adalah nandur kebecikan.

LANGKAH PERUBAHAN

Semangat Muhammad Yunus itulah yang harus menjadi landasan berfikir para pemuda saat ini dalam bercita-cita. Jika ada 100,1000,bahkan berjuta-juta pemuda Indonesia hidup dalam nafas ketulusan menanam kebaikan, maka bisa dibayangkan betapa nikmatnya hidup di alam Indonesia Raya ini. Betapa sejahteranya bayi-bayi yang baru lahir, jika mengetahui negara yang akan mereka tumpangi untuk hidup, telah memiliki ksatria-ksatria yang tulus mendedikasikan dirinya untuk berpengaruh positif dalam dinamika kehidupan masyarakat, terutama politik.
Lalu langkah apa yang pertama-tama kita lakukan? Biarkanlah mereka yang korupsi, mereka yang kebal hukum, mereka yang kita tak bisa berbuat apa-apa atas mereka, terus dan terus menggerogoti negara ini. Tapi mulai sekarang...sentaklah hatimu! Gugah jiwamu! Jangan biarkan diri kita dengan mereka tak ada perbedaan. Buatlah perbedaan itu. Bangun jiwamu yang suci itu. Poles dinding-dinding kesungguhanmu dengan idealisme-idealisme agungmu itu. Jangan sampai tercemar pada realitas kebobrokan bangsa ini. Justru buatlah realitas-relitas itu sebagai pecut atas nadi-nadi perubahan yang akan kau kobarkan. Negeri ini tidak akan bosan menunggu gerakan-gerakan pemuda Indonesia yang nasionalis, yang menjanjikan saripati perubahan dalam setiap nafas yang mereka hembuskan.

Sabtu, 15 Mei 2010

Aq adalah binatang terbuang yang mencoba terbang, walau sayap tak mendampingiku kadang. Mencoba melayang menarik angan tuk menghampiri kenyataan. Merekat kaum mlarat, mencoba melukis mereka tuk kuat.